Kesalahan
Kalimat
Kesalahan kalimat dapat dibedakan
dari dua segi, yakni kesalahan internal
dan kesalahan eksternal . Kesalahan
internal adalah kesalahan kalimat yang
diukur dari unsur-unsur dalam
kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari
unsur luar kalimat yang
bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal itu diukur dari
kalimat-kalimat lain yang menjadi
konteks atau lingkungannya.
Kesalahan dari segi internal dapat
dipilah menjadi beberapa tipe. Tipe
pertama adalah kesalahan kandungan
isi yang menyebabkan kalimat menjadi
tidak logis sebagaimana tampak pada
contoh-contoh berikut.
(1) Menurut Habibi (dalam
Nimbar, 1993) menyatakan bahwa
ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diterapkan secara tepat
guna diarahkan untuk memberantas
kemiskinan dan
keterbelakangan.
(2) Dengan pemakaian pupuk
urea pil dapat menyuburkan tanaman
dan meningkatkan produksi pertanian
(3) Di dalam artikel itu
menyuratkan bahwa sumber daya alam
yang bermacam-macam di Indonesia ini
belum dimanfaatkan
secara maksimal.
(4) Kepada semua informan
mendapatkan dua macam instrumen
yaitu angket dan catatan kegiatan
Semua kalimat di atas merupakan
kalimat yang tidak logis. Untuk membuktikan
itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan
mengenai isi setiap kalimat itu. Pada
kalimat (1) dapat dinyatakan siapa
yang menyatakan. Jika dinyatakan hal itu,
jawaban tidak ada, walaupun bisa
saja dijawab dengan Habibi. Akan tetapi,
Habibi pada kalimat (1) itu
tidak menempati pokok kalimat, melainkan
keterangan sebagaimana disyaratkan
oleh kata mereka. Jadi, pertanyaan itu
sebenarnya tidak dapat dijawab
dengan Habibi. Baru bisa dijawab dengan Habibi 3
jika kalimatnya diubah menjadi
Habibi (dalam Nimbara, 1993) menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diterapkan secara tepat guna
diarahkan untuk memberantas
kemiskinan dan keterbelakangan.
Pertanyaan tentang pokok
kalimat juga tidak dapat dikenakan pada kalimat
(2). Jika dipertanyakan dengan
kalimat Apa yang menyuburkan tanaman?,
jawaban tidak dapat dicari dalam
kalimat itu. Barulah jawaban dapat ditemukan
jika frasa dengan
pemakaian dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi Pupuk
Urea Pil dapat menyuburkan tanaman
dan meningkatkan produksi pertanian.
Dengan pola pertanyaan yang sama,
jawaban juga tidak dapat ditemukan dalam
kalimat (3). Jawaban baru dapat
dicari jika kalimat (3) itu diubah menjadi
kalimat-kalimat di bawah ini :.
Artikel itu menyuratkan bahwa sumber
daya alam yang bermacam-macam di
Indonesia ini belum dimanfaatkan
secara maksimal.
atau
Di dalam artikel itu tersurat
(disuratkan) bahwa sumber daya alam yang
bermacam-macam di Indonesia ini
Indonesia belum dimanfaatkan secara
maksimal.
Jika dipertanyakan dengan
kalimat Siapa yang mendapatkan dua macam
instrumen? Jawaban tidak dapat
dicari dalam kalimat (4). Jawaban terhadap
kalimat itu baru dapat diarahkan
ke semua informan jika kalimat (4) itu diubah
menjadi kalimat berikut.
Semua informan mendapatkan dua macam
instrumen, yaitu angket dan catatan
kegiatan.
Alternatif lain yang merupakan
ubahan kalimat (4) masih ada. Unsur mendapat
diubah menjadi diberikan sehingga
terwujud kalimat yang logis berikut. 4
Kepada semua informan diberikan dua
macam instrumen, yaitu angket dan
catatan kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dinyatakan bahwa kelogisan kalimat akan
tampak pada kejelasan fungsional
antarunsur kalimat. Kejelasan hubungan itu
ditampakkan pada hubungan antara
unsur pokok (subjek), sebutan (predikat),
objek, pelengkap, dan keterangan.
Ketidakjelasan hubungan fungsional dapat
menyebabkan gagasan dalam kalimat
menjadi berbelit-belit sehingga sulit
dipahami orang lain sebagaimana
tampak pada contoh-contoh berikut.
1. Prestise pekerjaan
merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam
usaha mencapai nafkah atau
penghasilan, yang diutamakan di sini
pekerjaan responden atau suami dan
ini berpedoman pada Treiman
Accupational yang telah divalidasi
yang telah divalidasi dan reliabilitas,
sehingga skornya berbeda dengan
berskala interval.
2. Pertambahan penduduk dalam
jumlah besar menyebabkan peningkatan
kemelaratan serta distribusi, pangan
yang tidak mencukupi, kesemuanya
itu membantu bertambahnya jumlah
penduduk yang lapar dan kurang gizi,
kekurangan gizi yang berkelanjutan
menyebabkan kekurangan gizi
musiman atau kekuarangan gizi tetap
yang secara teratur bahkan
merupakan bagian hidup dari banyak
penduduk atau keluarga.
3. Dalam sayuran daun hijau
sudah terdapat pengadaan gizi yang lengkap,
pencernaan menjadi lancar, kesehatan
dan kesejahteraan terjamin.
Disamping kesalahan logika,
kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan.
Kalimat yang tidak lengkap itu hanya
mengandung sebagian saja unsur-unsur
yang seharusnya ada. Perhatikan dua
buah kalimat yang terdapat pada teks
berikut!
(1) Situasi pasar bunga memang tidak
menggembirakan. Sehingga pada pedagang
bunga mulai berusaha di bidang
bisnis yang lain. 5
Kalimat kedua pada teks tersebut
merupakan kalimat yang hanya diisi keterangan.
Akan lebih baik jika kalimat kedua
itu diintegrasikan menjadi satu dengan kalimat
sebelumnya atau diupayakan menjadi
kalimat yang dapat berdiri sendiri,
sebagaimana tampak pada hasil
perbaikannya berikut.
(1a)Situasi pasar bunga memang tidak
menggembirakan sehingga para
pedagang bunga mulai berusaha di
bidang bisnis yang lain.
atau
(1b)Situasi pasar bunga memang tidak
menggembirakan. Para pedagang
bunga mulai berusaha dibidang bisnis
yang lain.
Kalimat yang digunakan adalah
kalimat-kalimat yang padat. Karena itu,
kalimat-kalimat yang boros dan
kata-kata dipandang sebagai kalimat yang tidak
baik walaupun kalimat itu benar dari
segi gramatika. Kalimat berikut ini
merupakan kalimat yang boros.
Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian
ini maka rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian deskriptif.
Kalimat tersebut dapat dibuat menjadi lebih
ringkas. Bandingkan kalimat itu
dengan kalimat ringkas berikut:
Berdasarkan sifat masalah dan tujuan
penelitian ini, rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan
penelitian deskriptif
Kesalahan kalimat secara eksternal
diukur dari cocok tidaknya sebuah
kalimat-kalimat yang lain.
Perhatikan kalimat-kalimat yang terdapat pada
paragraf berikut.
Proyek lembah Dieng terletak di
dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang
termasuk dalam daerah Kabupaten
Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri
dari pegunungan-pegunungan
kecil. 6
Dua buah kalimat dalam paragraf
tersebut benar-benar internal, tetapi salah secara
eksternal. Kedua kalimat itu tidak
membentuk satu gagasan yang utuh dan padu
dalam paragraph.
C. Membetulkan Kesalahan Kalimat
Ada beberapa jenis kesalahan dalam
menyusun kalimat.
1.Kalimat tanpa Subjek
Dalam menyusun sebuah kalimat
seringkali dengan kata depan atau
preposisi, lalu verbanya menggunakan
bentuk aktif atau berawalan meN-baik
dengan atau tanpa akhiran –kan.
Dengan demikian dihasilkan kalimat – kalimat
salah seperti di bawah ini.
(1). Bagi yang merasa kehilangan
buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
(2). Untuk perbaikan prasarana
pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif
dari masyarakat.
(3). Dengan beredarnya koran masuk
desa bermanfaat sekali bagi masyarakat
pedesaan.
Untuk membetulkan kalimat
di atas dapat dilakukan dengan
a) Menghilangkan kata depan
pada masing – masing kalimat
tersebut, atau
b) Mengubah verba pada kalimat
tersebut, misalnya dari aktif
menjadi pasif.
Jadi kemungkinan pembetulan kelima
kalimat adalah
(1) Yang merasa kehilangan
buku tersebut harap mengambilnya di kantor. 7
(2) Perbaikan prasarana pengairan
tersebut memerlukan partisipasi aktif
dari masyarakat.
(3) Hadirin yang menginginkan
terbitan lembaran sastra dapat menghubungi
bagian sirkulasi.
(4) Beredarnya koran masik desa
bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan
Dalam pembetulan di atas, maka
subjeknya menjadi lebih jelas, yaitu berturut
– turut adalah yang merasa kehilangan
buku tersebut, perbaikan prasarana
pengairan tarsebutpartisipasi aktif
dari masyarakat, rapat lenglap fakults sastra ini,
pergantian pengurus, hadirin yang
menginginkan terbitan lembaran sastra, dan
beredarnya koran masuk desa.
Perlu dicatat bahwa dalam
kalimat di atas tersusun dengan pola inversi,
subjeknya berada di belakang
predikat. Terjadinya kesalahan seperti kalimat (1 s.d.
3) di atas karena mengacaukan dua
struktur kalimat yang benar.
2. Kalimat dengan Objek Berkata
Depan
Kesalahan yang telah
dibicarakan di atas dapat dikatakan sebagai
kesalahan pemakaian kata depan pada
awal kalimat yang biasanya diduduki
subjek. Kesalahan pemakaian kata
depan itu juga sering ditemui pada objek.
Sebagai contoh:
(5) Hari ini kita tidak akan
membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi
soal ada tidaknya barang itu.
(6). Dalam setiap kesembatan
mereka tidak bosan – bosannya mendiskusikan
tentang dampak positif pembuatan
waduk itu. 8
Kalimat (5) dan (6) dapat dibetulkan
dengan menghilangkan kata depan mengenai
pada kalimat (5) dan tentang
pada kalimat (6). Kesalahan seperti pada contoh (5
dan 6) ini juga terjadi karena
mengacaukan dua bentuk yang benar, yaitu:
Membicarakan soal harga
Berbicara mengenai soal harga
Mendiskusikan dampak positif
pembuatan waduk
Berdiskusi tentang dampak
positif pembuatan waduk
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa
Indonesia terdapat beberapa verba dan
kata depan yang sudah merupakan
paduan, misalnya:
Bertentangan dengan,
bergantung pada, berbicara tentang,
menyesal atas, keluar dari, sesuai
dengan, serupa dengan.
3.Konstruksi Pemilik Berkata Depan
Kesalahan pemakaian kata depan
lain yang ditemui pada konstruksi frasa:
termilik + pemilik. Secara
berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan
mengeksplisitkan hubungan antara
termilik dengan permilik dengan memakai kata
depan dari atau daripada, misalnya:
(7) Kebersihan lingkungan
adalah keburtuhan dari warga.
(8)Buku – buku daripada
perpustakaan perlu ditambah.
Konstruksi frasa yang sejenis
dengan kebutuhan dari warga dan buku –
buku daripada perpustakaan ini
sering kita dengar dalam pidato – pidato
(umumnya tanpa teks).
Misalnya: 9
(9) Biaya dari pembangunan
jembatan ini; kenaikan daripada
harga – harga barang elektronik.
Dalam karangan keilmuan konstruksi
frasa yang tidak baku seperti di atas
hendaknya dihindari karena dalam
bahasa Indonesia hubungan “termilik” +
pemilik bersifat implisit. Karena
terpengaruh oleh (antara lain) bahasa Jawa
hubungan “termilik + pemilik” sering
dieksplesitkan dengan sufiks –nya,
misalnya:
(10) rumahnya Heri
bajunya Riki
pemakaian –nya seperti contoh
(16) perlu dihindari. Namun hal yang lain,
“termilik + pemilik itu perlu
dipertegas dengan sufiks –nya. Bandingkan kedua
contoh di bawah ini!
guru Parman
dengan gurunya Parman
Bapak Martono dengan bapaknya Martono
Kesalahan yang sering terjadi
ialah pemakaian verba seperti pada kalimat
di bawah ini, misalnya:
(11) Setelah semuanya siap,
mereka menaburi benih ikan yang terpilih.
(12) (setiap bulan), kakaknya
selalu mengirimi uang.
(13) Panitia menyerahkan hadiah
lomba ketramilan remaja pada acara
penutupan.
Kesalahan seperti kalimat
(11) dapat dibetulkan dengan melengkapi
‘tempat’ menaburi benih ikan yang
terpilih, misalnya kolam itu, sehingga kalimat
yang betul adalah:
(11a) Setelah semuanya siap,
menaburi benih ikan yang terpilih kolam itu. 10
(11b) Setelah semuanya siap,
mereka mereka menaburi kolam itu dengan
benihikan yang terpilih.
Dengan pembetulan itu, maka
makna kalimatnya menjadi jelas. Jika
dipertahankan seperti kalimat (11a)
makna kalimat itu tidak jelas karena dapat
ditafsirkan juga ‘menaburi sesuatu
pada benuh yang terpilih’. Padahal penafsiran
yang demikian bukan yang
dimaksud dalam kalimat (11b).
4. Kalimat yang ‘pelaku’ dan
verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba
dapat dibedakan menjadi verba yang menuntut
hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba
yang menuntut hadirnya lebih dari satu ‘pelaku’.
Dalam pembentukan kalimat, kesalahan
yang mungkin terjadi ialah yang
penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun
salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan,
contoh:
(12) Dalam perkelahian itu dia
berpukul-pukulan dengan
gencarnya.
(13) Dalam seminar itu dia
mendiskusikan perubahan sosial
masyarakat pedesaan sampai berjam –
jam.
Dalam kalimat ( 12 ) verba
berpukul-pukulan menuntut hadirnya dua
pelaku, yaitu dia dan orang lain,
misalnya Joni.
( 13 ) Dalam perkelahian itu dia
berpukul-pukulan dengan Joni.
Demikian pula kalimat ( 13 ), di
samping pelaku dia diperlukan hadirnya
pelaku lain sebagai mitra diskusi,
misalnya para pakar, sehingga kalimat ( 13 )
menjadi :
( 13a ) Dalam seminar itu, dia
mendiskusikan perubahan sosial
masyarakat pedesaan dengan para
pakar. 11
5. Penempatan yang Salah Kata Aspek
pada Kalimat Pasif Berpronomina
Menurut kaidah, kanstruksi
pasif berpronomina berpola aspek +
pronomina + verba dasar. Jadi tempat
kata aspek adalah di depan pronomina.
Kesalahan yang sering terjadi ialah
penempatan aspek di antara pronomina
dengan verba atau dalam pola:
*pronomina + aspek + verba dasar, misalnya
(14 ) *saya sudah katakan
bahwa….
*kita sedang periksa….
*kami telah teliti….
Bentuk – bentuk seperti contoh
( 14 ) dapat dibetulkan dengan
memindahkan kata aspek ke depan
pronomina menjadi sebagai berikut :
( 14a ) sudah saya katakan bahwa …..
sedang kita periksa ….
telah kami teliti ….
6. Kesalahan Pemakaian Kata
Sarana
Dalam menyusun kalimat sering
dipakai kata sarana,kata sarana itu dapat
berupa kata depan dan kata
penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam satu
frasa depan, sedang kata penghubung
umumnya terdapat dalam kalimat majemuk
baik yang setara maupun yang
bertingkat.
Kesalahan pemakaian kata depan
umumnya terjadi pada pemakaian kata
depan di, pada, dan dalam. Ketiga
kata depan ini sering dikacaukan,misalnya:
(15 ) Di saat istirahat penyuluh
mendatangi para petani.
( 16 ) Benih itu ditaburkan pada
kolam yang baru.
( 17 ) Dalam tahun 1965 terjadi
pemberontakan G 30 S/PKI. 12
Kata depan di ( 15 ) seharusnya
adalah pada; kata depan pada (16 )
seharusnya adalah dalam
atau ke dalam; kata depan dalam ( 17 ) seharusnya
adalah pada.
Adapun kesalahan pemakaian
kata penghubung umumnya terjadi karena
ketidaksesuaian antara pamakaian
kata penghubung dan makna hubungan
antarklausanya, misalnya:
( 18 ) Rapat hari ini ditunda
berhubung peserta tidak memenuhi
kuorum
Kata penghubung berhubung ( 18
) seharusnya diganti karena atau sebab,
menjadi kalimat di bawah ini.
( 18a ) Rapat hari ini ditunda
karena peserta tidak memenuhi
kuorum.
Rapat hari ini ditunda sebab
peserta tidak memenuhi
kuorum.
Dalam hal ini perlu dicatat
bahwa pemakaian kata penghubung karena
sebaiknya tidak mengikuti verba
disebabkan
( 18b ) Rapat hari ini ditunda
disebabkan karena peserta tidak memenuhi
kuorum.
Pemakaian disebabkan
karena merupakan pemakaian yang berlebihan,
sehingga perlu dihemat seperti dalam
kalimat berikut.
(18c ) Rapat hari ini ditunda
disebabkan peserta tidak memenuhi
kuorum.
Kesalahan pemakaian kata
penghubung lain, misalnya: 13
( 19 ) Penanaman rumput gajah bagi
masyarakat pedesaan berguna untuk
menyediakan pakan ternak juga
mencegah adanya penggembalaan
liar.
( 20 ) Pemasukan negara dari sektor
pariwisata cukup besar, maka
pemerintah berusaha terus
membangun daerah-daerah wisata
baru.
Pemakaian kata juga ( 19
) seharusnya diganti kata dan, sedangkan kata
maka ( 20 ) tidak tepat karena kata
maka lazimnya hadir berpasangan dengan kata
penghubung karena. Kalimat ( 20 )
akan lebih tepat jika diubah menjadi :
( 20a ) Karena pemasukan negara dari
sektor pariwisata cukup besar, maka
pemerintah berusaha membangun
daerah-daerah wisata baru.
Sumber : http://edigunawan01.blogspot.com/2013/04/membetulkan-dan-mengefektifkan-kalimat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar