Sabtu, 02 November 2013

Analisis Kesalahan Berbahasa



Analisis Kesalahan Berbahasa
Berikut ini beberapa contoh kesalahan penggunaan bahasa beserta perbaikan dan penjelasannya. Contoh-contoh tersebut saya ambil dari naskah redaksi majalah D&R yang belum diedit oleh redaktur bahasa.
1. “Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan dalam sembilan jilid besar”.
Struktur kalimat tersebut rancu. Sebenarnya bentuk kalimat itu adalah kalimat pasif jika dilihat dari predikatnya dikumpulkan. Tetapi, karena disisipi predikat lain yaitu berhasil, kalimat tersebut tidak jelas, apakah pasif atau aktif. Berhasil merupakan penanda predikat kalimat aktif, seperti halnya bermain, bertemu, berkelahi.
Kalimat yang benar adalah sebagai berikut :
Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan dikumpulkan dalam sembilan jilid besar.

2. “Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan”.
Kalimat tersebut tidak memiliki subyek sehingga tidak jelas siapa yang mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan. Karena, ada kata depan sejak di depan naiknya Megawati ke panggung politik (yang mungkin dimaksudkan sebagai subyek oleh penulisnya). Kata depan sejak merupakan penanda keterangan waktu.
Perbaikan atas kalimat (2) adalah sebagai berikut :
a. Naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.
b. Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, nama Bung Karno muncul kembali ke permukaan
.

3. "Walaupun bentuknya mirip kaki, tapi itu tetap sirip," katanya.
Kerancuan pikiran pada kalimat (3) timbul karena penggunaan pasangan walaupun...tapi pada kalimat itu. Kata walaupun menyatakan 'alahan', sedangkan kata tetapi menyatakan 'perlawanan'. Penggabungan kedua kata penghubung itu dalam satu kalimat tentulah menimbulkan hubungan pikiran yang tidak logis.
Perbaikan kalimat (3) adalah sebagai berikut:
a. "Walaupun bentuknya mirip kaki, itu tetap sirip," katanya.

4. “Pemikir lain barangkali hanya memikirkan soal kebangsaan saja”.
Pada kalimat (4) terdapat bentuk pleonasme, yaitu kata-kata atau frasa yang berlebihan maknanya.
Perbaikan atas kalimat (4) adalah sebagai berikut:
a. Pemikir lain barangkali hanya memikirkan soal kebangsaan.
b. Pemikir lain barangkali memikirkan soal kebangsaan saja
.

5. “Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya tak ketulungan
Kesalahan yang terdapat pada kalimat (6) adalah pemilihan kata tak ketulungan yang tidak tepat. Kata tak ketulungan (bahasa Jawa) bermakna negatif yakni tak tertolong. Contohnya: Si Topan bandelnya tak ketulungan. Padahal, konteks kalimat (6) bermakna positif, yakni pahalanya besar sekali.
Perbaikan atas kalimat (6) adalah sebagai berikut.
a. Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya besar sekali.
6. “Beban keamanan Israel pun juga diletakkan di bahu Arafat”.
Kata pun juga pada kalimat (6) adalah bentuk pleonasme (lihat contoh nomor 4).
Perbaikan atas kalimat (6) adalah sebagai berikut”.
a. Beban keamanan Israel pun diletakkan di bahu Arafat.

7. “Kabinet Netanyahu yang seharusnya menyelenggarakan sidang pengesahan perjanjian itu 29 Oktober lalu, ditunda”.
Kalimat (7) rancu karena tidak jelas apa yang ditunda, apakah kabinet Netanyahu ataukah sidang pengesahan perjanjian yang ditunda. Letak kerancuan pada kalimat tersebut ada pada kata yang. Perbaikan atas kalimat (7) adalah  sebagai berikut :
a. Kabinet Netanyahu seharusnya menyelenggarakan sidang pengesahan perjanjian itu pada 29 Oktober lalu, tapi ditunda.
Subjek Berkata Depan
Perhatikan kalimat di bawah ini.
8. “Pasalnya, dalam rekaman sadapan pembicaraan Presiden B.J. Habibie dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib, yang menghebohkan pekan lalu itu, juga menyebut nama Achmad Tirtosudiro”.

9. “Dengan UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah akan bisa mengatasi masalah ketidakpuasan masyarakat karena pembagian keuangan pusat dan daerah yang tidak adil”
Kesalahan pada ketiga kalimat di atas berkaitan dengan pengisi fungsi subyek. Berdasarkan analisis fungsional, subyek yang dimaksud oleh penulis dalam ketiga kalimat tersebut berturut-turut adalah dalam rekaman sadapan pembicaraan Presiden B.J. Habibie dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib, dengan UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Frasa-frasa tersebut bukanlah frasa benda, tetapi frasa preposisional (frasa berkata depan). Frasa preposisional tidak bisa mengisi fungsi subjek.
Perbaikan kalimat yang benar adalah sebagai berikut :
8a. Pasalnya, rekaman sadapan pembicaraan Presiden B.J. Habibie dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib, yang menghebohkan pekan lalu itu, juga menyebut nama Achmad Tirtosudiro.
8b. Pasalnya, dalam rekaman sadapan pembicaraan Presiden B.J. Habibie dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib, yang menghebohkan pekan lalu itu, juga disebut nama Achmad Tirtosudiro.
9a. Atau UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah akan bisa mengatasi masalah ketidakpuasan masyarakat karena pembagian keuangan pusat dan daerah yang tidak adil.
Pembetulan kalimat tersebut dapat juga dengan cara mengubah predikat kata kerja menyebut dan mengatasi yang berawalan meN- menjadi predikat kata kerja berawalan di-: disebut, diatasi.
9b. Dengan UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah akan bisa diatasi masalah ketidakpuasan masyarakat karena pembagian keuangan pusat dan daerah yang tidak adil.

Tidak Menggunakan Bahasa Artifisial
Bahasa jurnalistik bukanlah bahasa sastra; bukan bahasa puisi. Dalam jurnalistik yang lebih ditekankan adalah apa yang ditulis, bukan bagaimana seseorang menuliskan sesuatu. Karena itu kita sebaiknya menghindari penggunaan bahasa artifisial. Yang dimaksud bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan sesuatu maksud. Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung, tak perlu disembunyikan.
Contoh bahasa artifisial:
Saat itu, malam bergerak menuju pagi. Langit baru saja berhenti melepaskan hujannya.
Kalimat tersebut bisa diubah seperti berikut :
Saat itu menjelang pagi, hujan baru saja reda.
Contoh lain:
Ia mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin pada kemuning. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh.
Contoh kalimat di atas bisa diubah sebagai berikut :
Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun. Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang. 

*) Sumber: http://www.geocities.com/ngartofebruana/bahasa.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar